Membuat Kontur Peta Orienteering Dari DEMNAS

Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Setiap kelipatan 5 terdapat kontur indeks yang diberi garis lebih tebal dan dicantumkan nilai ketinggian. Simbol kontur dalam peta orienteering ISOM adalah simbol no 101 untuk kontur interval dan simbol no. 102 untuk kontur indeks.
Interval kontur atau selang kontur dalam peta orienteering adalah 5 meter. Apabila dalam suatu area yang digunakan merupakan area yang datar dengan kemiringan lereng kurang dari 5%, maka digunakan interval kontur 2,5 meter.

Sumber untuk membuat kontur ada banyak misalnya pengukuran dengan alat, peta topografi, foto udara drone, Lidar, DEM dll. Masalahnya untuk peta topografi di Indonesia yang mempunyai interval kontur 5 meter baru beberapa tempat,sedangkan menggunakan Lidar harganya mahal. Salah satu caranya adalah menggunakan DEM. Syukurlah Badan Informasi Geospasial (BIG) sekarang sudah menggratiskan data DEM yang disebut DEM Nasional (DEMNAS) yang dapat diakses di http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Anda harus login dulu untuk dapat mengunduh DEMNAS, jika belum buat akun dulu, gratis kok. Resolusi spasial DEMNAS menurut BIG adalah 0.27-arcsecond atau sekitar 8 meter, dengan menggunakan datum vertikal EGM2008. Resolusi yang cukup baik apabila dibandingkan dengan SRTM 30m. Untuk membuat kontur masih perlu dilakukan survei lapangan, karena kontur hasil DEM ini mungkin berbeda dengan bentuk asli di lapangan, sepertinya tinggi pohon dan bangunan masih terekam sebagai data ketinggian.
Disini akan dijelaskan cara membuat kontur peta orienteering yang bersumber dari DEMNAS. Untuk download data DEMNAS login dulu di http://tides.big.go.id/DEMNAS/ buat akun jika belum punya. Di laman webnya pilih menu Download pilih wilayah sesuai lokasi peta.
Akan muncul peta dengan indeks DEMNAS, klik pada area yang dibutuhkan, selanjutnya klik pada link yang tersedia. Tunggu hingga selesai download. Proses ini tergantung kecepatan internet ya… Tapi gak terlalu besar kok ukurannya sekitar 42 MB untuk wilayah Jawa dan Bali.

Untuk membuat kontur dari DEM diperlukan software GIS, disini memakai QGIS, software GIS yang gratis tapi handal. Sebelumnya buatlah batas dulu di Google Earth, karena cakupan area DEM ini cukup luas, untuk mempermudah buatlah batas dengan menggunakan polygon lalu simpan dalam format kml/kmz.

Sekarang buka program QGIS. Tambahkan layer DEMNAS pada menu Layer > Add Layer > Add Raster Layer dan untuk batas area kmz tadi menggunakan Layer > Add Layer > Add Vector Layer, atau dapat langsung seret filenya dan masukkan langsung ke dalam kanvas QGIS.

Karena yang dibutuhkan hanya area tertentu saja, crop DEMNAS tersebut dengan klik pada menu bar Raster > Extraction > Clip Raster by Mask Layer… Input layer pilih DEMNAS asli dan Mask layer pilih layer. Input layer pilih DEMNAS asli dan Mask layer pilih layer batas area. Source CRS dan Target CRS diisi sama dengan sistem koordinat pada Input maupun Mask layer. Simpan hasilnya pada kolom Clipped (mask) taruh pada folder yang diinginkan.

Selanjutnya kita buat kontur dari DEM yang sudah terpotong tadi. Menu bar Raster > Extraction > Contour. Input layer diisi dengan DEMNAS yang sudah terpotong, dan interval diisi 5, karena akan membuat interval kontur 5 meter. Simpan hasilnya pada kolom Contours dengan format .SHP.

Kontur dengan interval 5 meter akan otomatis terbentuk. Nilai ketinggian bisa dilihat dengan klik kanan pada layer kontur pilih Open Attribute Table. File kontur SHP ini masih dalam sistem koordinat geografis ubah ke dalam format UTM agar bisa dibaca oleh OpenOrienteering Mapper atau OCAD. Caranya klik kanan layer Kontur pilih Export > Save Features As. File name untuk menyimpan file dengan koordinat UTM dan beri nama misalnya ‘Kontur_utm’. CRS pilih WGS 84 / UTM Zona disesuaikan dengan lokasi. File shp dengan koordinat UTM ini nanti yang akan digunakan dalam program pemetaan orienteering.

Membuat Indeks Kontur
Kontur tersebut belum ada keterangan kontur indeks, yaitu kontur yang bergaris tebal. Untuk membuatnya dapat menggunakan QGIS. Siapkan file shp kontur dengan koordinat UTM, buka program QGIS dan tambahkan layer kontur tersebut ke dalam QGIS.
Langkahnya adalah sebagai berikut:
Buka atribut tabel dengan cara klik kanan pada layer kontur. Klik Open Attribute Table. Aktifkan edit dengan cara klik Toggle editing (ikon pensil). Tambahkan field atau kolom baru misal diberi nama ‘KETERANGAN’ dengan tipe Text(String) dan length 50.

Misalnya kita mau membuat setiap kelipatan 5, dengan interval kontur 5 meter berarti setiap 25 meter adalah indeks kontur. Filter nilai kontur setiap kenaikan 25 meter. Klik tool Select Features Using Expression dengan rumus “ELEV” % 10 = 0, dimana ELEV adalah nama field yang berisi ketinggian dan 25 adalah interval yang diinginkan. Lalu klik Select Features. Tabel akan menyeleksi kontur dengan nilai ketinggian setiap 25 meter.

Selanjutnya beri keterangan dengan Field Calculator pada field KETERANGAN dengan nama Kontur Indeks misalnya. Centang pada Update existing field, pilih field KETERANGAN, kolom Expression ketikan ‘Kontur Indeks’ , tanda petik harus dikasih. Klik OK.

Masih dalam tabel, klik tool Invert selection untuk memilih kontur lainnya, dan memberi keterangan kontur interval.

Caranya sama dengan memberi nama indeks kontur diatas, klik Calculator lagi pada kolom Expression ketikan ‘Kontur interval’.
Kini semua tabel sudah terisi. Klik Save Edit dan klik lagi Toggle Editing untuk mengakhiri.

Peta kontur dengan atribut keterangan kontur indeks sudah jadi. Tinggal di impor ke dalam OCAD atau OpenOrienteering Mapper. Untuk OCAD lebih mudah karena bisa membaca atribut tabel sedang untuk OOM belum bisa membaca atribut. Caranya adalah dengan memilih kontur dengan keterangan Kontur Interval dan Kontur Indeks lalu menyimpannya ke dalam file SHP terpisah, jadi ada 2 SHP yang pertama adalah SHP Kontur Indeks dan kontur interval.
Gunakan tool Select using expression, pada kolom expression ketikkan “KETERANGAN” = ‘Kontur Indeks’. Klik Select Features.

Kontur dengan keterangan Kontur Indeks terpilih, selanjutnya klik kanan pada layer kontur tadi pilih Export > Save Selected Features As simpan dan beri nama misalnya ‘KonturIndeks.shp’. Klik OK.

Ulangi langkah di atas untuk membuat shp kontur interval, perbedaannya hanya pada kolom expression. Sehingga ada 2 file shp, yaitu: file shp kontur indeks dan file shp kontur interval. Langkah selanjutnya adalah import kedua file tersebut dalam OpenOrienteering Mapper.
Import di OpenOrienteering Mapper
Buka program OpenOrienteering Mapper dari menu File > Import. Pilih salah satu shp kontur di atas, misalnya shp kontur indeks terlebih dahulu. Kemudian select semuanya dan ganti simbol menggunakan tool Switch Symbol.

Ketika import shp akan langsung muncul simbol baru bernama Line di kolom simbol. Klik kanan pilih Select all object with this symbol, kemudian klik simbol 102. Index Contour baru klik tool Switch Symbol. Untuk interval kontur caranya sama, jadi masukkan dan ganti simbol satu persatu.
Kontur tersebut masih perlu koreksi di lapangan sebelum dijadikan peta orienteering.
0 Komentar